TUGAS
INDIVIDU
NAMA
: WA ODE YAMISA HALTI TUANI
NIM
: B1C120079
Pertanyaan
Pertanyaan Diskusi Materi Perencanaan Dan Strategi Implementasi
Kelompok
1
Nama : Siti Israwati
Pertanyaan
:
Jelaskan
apa saja kendala dalam formulasi strategi & bagaimana cara manajemen
mengatasi kendala-kendala dalam formulasi strategi tersebut?
Jawaban
:
Kendala-kendala
dalam Formulasi Strategi :
1. Kurangnya informasi: Salah satu kendala utama
dalam formulasi strategi adalah kurangnya informasi yang akurat dan lengkap.
Manajemen perlu mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk menganalisis
situasi pasar, tren industri, pesaing, dan kekuatan internal perusahaan. Cara
mengatasi kendala ini adalah dengan melakukan riset pasar yang komprehensif,
memanfaatkan data internal perusahaan, menggunakan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats), dan bekerja sama dengan ahli industri atau
konsultan strategi.
2. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat:
Lingkungan bisnis yang terus berubah dapat menjadi kendala dalam formulasi
strategi. Perubahan teknologi, pergeseran preferensi konsumen, regulasi
pemerintah, atau perubahan kondisi ekonomi dapat mempengaruhi strategi yang
telah dirumuskan. Manajemen perlu mengadopsi pendekatan yang fleksibel dan
responsif terhadap perubahan tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun
kemampuan perusahaan untuk beradaptasi, mengikuti perkembangan tren pasar,
menjaga koneksi dengan pelanggan dan mitra bisnis, serta melakukan evaluasi dan
penyesuaian strategi secara berkala.
3. Ketidakpastian dan risiko: Lingkungan bisnis
penuh dengan ketidakpastian dan risiko. Hal ini dapat menghambat formulasi
strategi yang efektif karena manajemen harus menghadapi banyak variabel yang
sulit diprediksi dan mengantisipasi dampaknya. Untuk mengatasi kendala ini,
manajemen perlu melakukan analisis risiko menyeluruh, mengidentifikasi dan
mengevaluasi risiko-risiko potensial, serta mengembangkan rencana kontinjensi
untuk menghadapi kemungkinan skenario buruk. Diversifikasi portofolio produk
atau pasar, menciptakan kemitraan strategis, atau melibatkan para ahli dalam
proses pengambilan keputusan strategis juga dapat membantu mengurangi risiko.
4. Konflik kepentingan internal: Dalam perusahaan
yang besar, formulasi strategi dapat menghadapi kendala berupa konflik
kepentingan antara berbagai departemen atau kelompok di dalam organisasi.
Setiap departemen atau kelompok mungkin memiliki tujuan dan prioritas yang
berbeda, yang dapat menyulitkan mencapai konsensus dalam formulasi strategi.
Untuk mengatasi kendala ini, manajemen harus memastikan adanya komunikasi yang
baik antara departemen, melibatkan pihak yang terkait dalam proses pengambilan
keputusan strategis, menciptakan visi dan tujuan yang jelas, serta
mempromosikan kerjasama dan kolaborasi.
5. Keterbatasan sumber daya: Sumber daya yang
terbatas seperti anggaran, tenaga kerja, dan infrastruktur dapat menjadi
kendala dalam formulasi strategi yang efektif. Manajemen perlu melakukan
alokasi sumber daya yang bijaksana, memprioritaskan inisiatif strategis yang
paling penting
Untuk
mengatasi kendala-kendala dalam formulasi strategi, manajemen dapat menerapkan
beberapa langkah berikut:
1. Meningkatkan
pemahaman tentang lingkungan bisnis: Manajemen harus melaksanakan riset pasar
yang komprehensif, memantau tren industri, dan mengumpulkan data dan informasi
yang relevan tentang lingkungan bisnis. Dengan pemahaman yang mendalam tentang
pasar, pesaing, dan perubahan lingkungan, manajemen dapat mengidentifikasi
peluang dan tantangan yang dihadapi perusahaan.
2. Mengalokasikan
sumber daya dengan bijaksana: Manajemen harus melakukan penilaian yang cermat
tentang sumber daya yang tersedia dan mengalokasikannya secara efisien. Hal ini
melibatkan prioritisasi proyek dan inisiatif strategis yang memiliki dampak
terbesar terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Jika sumber daya terbatas,
manajemen dapat mencari opsi kreatif seperti kemitraan strategis, penggunaan
teknologi yang lebih efisien, atau kolaborasi dengan pihak ketiga.
3. Mengembangkan
fleksibilitas strategis: Manajemen harus mengadopsi pendekatan yang responsif
dan fleksibel dalam merumuskan strategi. Ini termasuk mempertimbangkan skenario
alternatif, melakukan pemantauan yang berkelanjutan terhadap perubahan
lingkungan, dan melakukan evaluasi dan penyesuaian strategi secara berkala.
Fleksibilitas strategis memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan
perubahan yang tidak terduga dan menjaga keunggulan kompetitif.
4. Membangun
komunikasi dan kolaborasi yang baik: Manajemen harus memastikan adanya
komunikasi yang efektif dan kolaborasi antara departemen dan kelompok di dalam
organisasi. Ini membantu dalam mengatasi perbedaan visi dan tujuan serta
memfasilitasi pemahaman yang bersama tentang arah strategis perusahaan. Membuat
forum diskusi strategis, melibatkan pemangku kepentingan yang relevan dalam
proses pengambilan keputusan, dan membangun budaya kerja yang mendorong
kerjasama dapat membantu mengatasi kendala ini.
5. Meningkatkan
kemampuan dan pengalaman: Manajemen dapat meningkatkan kemampuan dan pengalaman
dalam formulasi strategi melalui pelatihan dan pengembangan, konsultasi dengan
ahli strategi, dan pembelajaran dari praktik terbaik dalam industri. Membentuk
tim strategis yang beragam dan inklusif juga dapat membantu menghadapi kendala
ini, dengan menggabungkan pemikiran dan perspektif yang berbeda.
6. Menerapkan
proses perencanaan strategis yang terstruktur: Manajemen perlu mengadopsi
pendekatan yang terstruktur dan metodis dalam formulasi strategi. Ini
melibatkan penggunaan alat analisis strategis seperti analisis SWOT, analisis
PESTEL, dan analisis Five Forces Porter. Dengan memiliki proses perencanaan
strategis yang terstruktur, manajemen dapat mengidentifikasi masalah,
mengevaluasi alternatif strategi, dan membuat keputusan berdasarkan data dan
analisis yang solid
Kelompok
3
Nama
: Yeti Purnama
Nim
: B1C120082
Pertanyaan
:
Jelaskan
Faktor-Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam implementasi strategi pada
perusahaan?
Jawaban
:
Implementasi
strategi pada perusahaan dapat menghadapi berbagai faktor penghambat yang dapat
mempengaruhi keberhasilannya. Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang
sering menjadi penghambat dalam implementasi strategi perusahaan:
1. Resistensi
terhadap Perubahan: Salah satu faktor utama yang menghambat implementasi
strategi adalah resistensi terhadap perubahan. Karyawan atau tim manajemen yang
tidak menerima perubahan atau merasa tidak nyaman dengan perubahan tersebut
dapat menghambat kemajuan strategi. Resistensi ini mungkin timbul karena
kekhawatiran akan perubahan pekerjaan, ketidakpastian, atau kehilangan
keuntungan yang telah diperoleh.
2. Kekurangan
Sumber Daya: Implementasi strategi seringkali membutuhkan alokasi sumber daya
yang cukup, seperti dana, tenaga kerja, teknologi, atau infrastruktur yang
memadai. Jika perusahaan mengalami kekurangan sumber daya yang diperlukan, maka
implementasi strategi dapat terhambat. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan strategis yang direncanakan secara
efektif.
3. Ketidakjelasan
Visi dan Tujuan: Jika visi dan tujuan strategis tidak jelas atau tidak dipahami
dengan baik oleh seluruh anggota organisasi, implementasi strategi akan sulit
dilakukan. Tanpa pemahaman yang jelas tentang arah yang diinginkan, karyawan
mungkin kebingungan atau kurang termotivasi untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan strategi yang ditetapkan.
4. Koordinasi
dan Komunikasi yang Kurang: Koordinasi yang buruk dan kurangnya komunikasi
antara berbagai departemen atau tim dalam perusahaan dapat menghambat
implementasi strategi. Jika informasi tidak mengalir dengan baik atau tidak ada
kolaborasi yang efektif antara unit bisnis, bagian yang berbeda, atau tingkatan
manajemen yang berbeda, implementasi strategi akan terhambat.
5. Ketidakmampuan
dalam Mengubah Budaya Perusahaan: Implementasi strategi yang sukses seringkali
melibatkan perubahan budaya perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu mengubah
budaya yang ada untuk mendukung strategi baru, maka implementasi strategi akan
terhambat. Budaya yang kuat atau kebiasaan lama yang sulit diubah dapat
menghambat upaya implementasi strategi.
6. Ketidakmampuan
dalam Mengukur dan Mengelola Kinerja: Penting untuk memiliki metrik dan
pengukuran yang jelas dalam mengimplementasikan strategi perusahaan. Jika
perusahaan tidak memiliki sistem yang efektif untuk mengukur dan mengelola
kinerja terkait dengan tujuan strategis, sulit untuk menentukan apakah strategi
tersebut berhasil atau tidak. Kurangnya pemantauan kinerja yang efektif dapat
menghambat kemajuan strategi.
7. Perubahan
Eksternal yang Tidak Terduga: Lingkungan bisnis yang dinamis seringkali
menghadirkan perubahan eksternal yang tidak terduga, seperti perubahan
kebijakan pemerintah, fluktuasi pasar, atau perkembangan teknologi.
Kelompok
4
Nama
: Andika Ardiansyah
Nim
: 092
Pertanyaan
:
Mengenai
perencanaan strategis, Apa faktor utama yang bisa menghambat perusahaan dalam
proses perencanaan strategis ini dan bagaimana upaya perusahaan dalam
mengatasinya ?
Jawaban
:
Ada
beberapa faktor utama yang dapat menghambat perusahaan dalam proses perencanaan
strategis. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Ketidakjelasan
visi dan tujuan: Jika perusahaan tidak memiliki visi yang jelas atau tujuan
yang terdefinisi dengan baik, proses perencanaan strategis dapat menjadi sulit.
Kurangnya pemahaman tentang arah strategis perusahaan dapat menghambat
pengambilan keputusan yang efektif dalam merumuskan strategi.
2. Kurangnya
pemahaman pasar: Kekurangan pemahaman tentang pasar, tren industri, dan
kebutuhan pelanggan dapat menghambat perusahaan dalam merumuskan strategi yang
tepat. Tanpa pemahaman yang memadai tentang lingkungan bisnis, perusahaan
mungkin gagal mengidentifikasi peluang atau mengantisipasi ancaman yang mungkin
timbul.
3. Keterbatasan
sumber daya: Jika perusahaan menghadapi keterbatasan sumber daya, seperti
anggaran terbatas, kurangnya tenaga kerja yang berkualitas, atau infrastruktur
yang tidak memadai, hal ini dapat menghambat proses perencanaan strategis.
Perusahaan mungkin harus membuat pilihan yang sulit dalam alokasi sumber daya,
dan ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk merencanakan dan melaksanakan
strategi dengan efektif.
4. Ketidakmampuan
beradaptasi: Perusahaan yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan bisnis atau mengantisipasi pergeseran tren industri mungkin
menghadapi hambatan dalam proses perencanaan strategis. Kemampuan untuk
mengidentifikasi perubahan, mengevaluasi dampaknya, dan menyesuaikan strategi
dengan cepat sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang.
5. Kurangnya
dukungan dari manajemen dan karyawan: Proses perencanaan strategis yang efektif
membutuhkan dukungan penuh dari manajemen puncak dan karyawan di semua
tingkatan perusahaan. Kurangnya komitmen atau partisipasi dari pihak-pihak yang
terlibat dapat menghambat pelaksanaan strategi yang direncanakan.
6. Keterlambatan
dalam pengambilan keputusan: Keputusan yang lambat atau terhambat dapat
menghambat proses perencanaan strategis. Jika ada kelembaman dalam proses
pengambilan keputusan, kesempatan strategis mungkin terlewatkan, dan perusahaan
dapat kehilangan keunggulan kompetitif.
7. Kurangnya
pemantauan dan evaluasi: Perusahaan yang tidak melibatkan pemantauan dan
evaluasi yang terus-menerus terhadap implementasi strategi dapat mengalami
kesulitan dalam mengevaluasi keberhasilan strategi dan melakukan penyesuaian
yang diperlukan. Tanpa pemantauan yang efektif, perusahaan tidak dapat melihat
apakah strategi yang direncanakan berjalan sesuai yang diharapkan atau perlu
adanya perubahan.
Kelompok
6
Nama
: Githa Nurul Nabilah
Nim
: B1C120127
Pertanyaan
:
Bagaimana
perencanaan strategis dapat membantu dalam pengembangan sistem pengendalian
manajemen yang efektif dalam suatu organisasi atau perusahaan? serta bagaimana
perencanaan tersebut dapat membantu dalam pengelolaan risiko strategis dan
integrasinya dalam sistem pengendalian manajemen?
Jawaban
:
Perencanaan
strategis berperan penting dalam pengembangan sistem pengendalian manajemen
yang efektif dalam suatu organisasi atau perusahaan. Berikut adalah beberapa
cara di mana perencanaan strategis dapat membantu dalam pengembangan sistem
pengendalian manajemen yang efektif:
1. Menetapkan
Tujuan dan Sasaran: Perencanaan strategis membantu organisasi atau perusahaan
dalam menetapkan tujuan dan sasaran jangka panjang. Tujuan ini memberikan
panduan yang jelas bagi sistem pengendalian manajemen, karena mereka harus
dirancang untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Mengidentifikasi
Kinerja yang Diinginkan: Dalam perencanaan strategis, organisasi atau
perusahaan menentukan kinerja yang diinginkan. Hal ini melibatkan penetapan
standar dan target yang realistis untuk berbagai aspek operasional dan
keuangan. Sistem pengendalian manajemen kemudian dapat
Perencanaan
yang baik dapat membantu dalam pengelolaan risiko strategis dan integrasinya
dalam sistem pengendalian manajemen dengan beberapa cara berikut:
1.
Identifikasi risiko: Perencanaan yang
efektif mencakup identifikasi risiko potensial yang mungkin dihadapi oleh
organisasi. Ini melibatkan penilaian menyeluruh terhadap lingkungan internal
dan eksternal organisasi untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan strategis. Dengan mengidentifikasi risiko secara
tepat, organisasi dapat mengantisipasi dan mengatasi masalah yang mungkin
timbul.
2.
Analisis risiko: Setelah risiko
diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis dampak potensial dan
probabilitas terjadinya. Perencanaan yang baik akan mencakup analisis risiko
yang komprehensif untuk memahami implikasi dari setiap risiko terhadap tujuan
strategis organisasi. Dengan pemahaman yang baik tentang risiko-risiko ini,
organisasi dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk mengurangi risiko atau
memanfaatkan peluang yang ada.
3.
Pengembangan rencana mitigasi risiko:
Perencanaan yang baik harus mencakup rencana mitigasi risiko yang efektif. Ini
berarti mengembangkan tindakan yang spesifik untuk mengurangi dampak risiko
yang diidentifikasi atau memanfaatkan peluang yang terkait dengan risiko
tersebut. Rencana ini harus mencakup langkah-langkah yang jelas, tanggung jawab
yang ditetapkan, dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan
mitigasi tersebut.
4.
Integrasi dalam sistem pengendalian
manajemen: Perencanaan risiko strategis harus terintegrasi dalam sistem
pengendalian manajemen organisasi. Ini mencakup pemantauan, pelaporan, dan
tindakan korektif yang terkait dengan risiko. Informasi mengenai risiko dan
tindakan mitigasi harus dilacak dan dilaporkan secara teratur kepada manajemen
untuk memastikan bahwa risiko diidentifikasi dan dikelola dengan baik.
5.
Pengukuran dan evaluasi kinerja:
Perencanaan risiko strategis harus mencakup metrik dan indikator kinerja yang
relevan untuk mengukur keberhasilan dalam mengelola risiko. Ini memungkinkan
organisasi untuk mengevaluasi efektivitas strategi mitigasi yang diimplementasikan
dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan atau penyesuaian.
Kelompok
5
Nama
: Darmawan
Nim
: B1C120106
Peranyaan
:
· Menurut
kelompok anda apakah sistem pengendalian manajemen merupakan suatu keharusan
pada perusahaan yang mempraktekkan sentralisasi?
· Serta
Jelaskan bagaimana dengan menganalisis program baru yang di usulkan dan
menganalisis program2 yang sedang berjalan dapat mengatasi masalah pengendalian
di organisasi atau perusahaan?
Jawaban
:
· Sistem
pengendalian manajemen tidak secara eksklusif menjadi suatu keharusan pada
perusahaan yang menerapkan sentralisasi. Sistem pengendalian manajemen merujuk
pada proses yang melibatkan perencanaan, pengawasan, dan evaluasi kinerja
perusahaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sentralisasi adalah model
pengorganisasian di mana keputusan penting dan wewenang terkonsentrasi di
tingkat manajemen yang lebih tinggi, sementara tingkat operasional lebih rendah
memiliki tingkat wewenang yang lebih terbatas. Sentralisasi bisa saja memiliki
sistem pengendalian manajemen yang kuat, tetapi hal ini bukanlah keharusan.
Namun demikian, dalam
banyak kasus, perusahaan yang menerapkan sentralisasi dapat mendapatkan manfaat
yang signifikan dari sistem pengendalian manajemen yang baik. Dalam lingkungan
yang terpusat, penggunaan sistem pengendalian manajemen yang efektif dapat
membantu memastikan bahwa keputusan yang diambil di tingkat manajemen yang
lebih tinggi konsisten dengan tujuan organisasi, serta memastikan pengawasan
yang efisien terhadap operasi yang beragam.
Sistem pengendalian
manajemen dapat membantu dalam penilaian kinerja, identifikasi masalah,
pengukuran hasil, pengaturan standar kinerja, pengawasan, dan penyesuaian
strategi jika diperlukan. Ini membantu manajemen pusat untuk memantau dan
mengendalikan berbagai aspek operasional perusahaan secara efisien, yang bisa
menjadi kunci keberhasilan dalam model sentralisasi.
Dalam kesimpulannya,
meskipun sistem pengendalian manajemen tidak wajib dalam konteks sentralisasi,
perusahaan yang menerapkan sentralisasi sering kali mendapat manfaat dari
penggunaannya dalam mengendalikan operasi yang beragam dan mencapai tujuan
organisasi secara efektif.
· Menganalisis
program baru yang diusulkan dan program-program yang sedang berjalan dapat
membantu mengatasi masalah pengendalian di sebuah organisasi atau perusahaan
dengan beberapa cara berikut:
1. Evaluasi
Efektivitas: Dengan menganalisis program baru yang diusulkan dan
program-program yang sedang berjalan, Anda dapat menilai sejauh mana
program-program tersebut efektif dalam mencapai tujuan organisasi. Analisis ini
membantu mengidentifikasi program yang tidak efektif atau tidak relevan,
sehingga memungkinkan organisasi untuk melakukan perubahan yang diperlukanuntuk
meningkatkan kinerja.
2. Identifikasi
Kelemahan: Melalui analisis, Anda dapat mengidentifikasi kelemahan atau
kekurangan dalam program-program yang sedang berjalan. Misalnya, Anda dapat
menemukan bahwa ada kekurangan dalam sistem pengawasan atau proses pelaporan
yang menyebabkan masalah pengendalian. Dengan mengetahui kelemahan ini,
organisasi dapat mengambil tindakan perbaikan yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
3. Pengembangan
Program Pengendalian Baru: Analisis program baru yang diusulkan memungkinkan
Anda untuk mengidentifikasi peluang untuk mengembangkan program pengendalian
baru yang lebih efektif. Anda dapat mempertimbangkan penggunaan teknologi baru,
metode pengawasan yang lebih baik, atau perubahan proses bisnis untuk
meningkatkan pengendalian di organisasi. Dengan mengimplementasikan program
pengendalian baru yang lebih baik, organisasi dapat mengurangi risiko,
menghindari kehilangan atau penyelewengan, dan meningkatkan kepatuhan.
4. Pengoptimalan
Sumber Daya: Menganalisis program-program yang sedang berjalan membantu
mengidentifikasi alokasi sumber daya yang tidak efisien atau tidak sesuai
dengan kebutuhan pengendalian. Anda dapat mengevaluasi efisiensi penggunaan
sumber daya seperti waktu, tenaga kerja, dan anggaran. Dengan melakukan
analisis ini, organisasi dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan
menghindari pemborosan yang tidak perlu.
5. Pemantauan
dan Evaluasi Berkelanjutan: Analisis program-program yang sedang berjalan juga
memungkinkan organisasi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan
terhadap kinerja pengendalian mereka. Dengan memantau dan mengevaluasi program
secara teratur, organisasi dapat mengidentifikasi perubahan lingkungan atau
kebutuhan yang mungkin mempengaruhi pengendalian mereka. Hal ini memungkinkan
organisasi untuk mengambil tindakan proaktif untuk mengatasi masalah
pengendalian yang muncul seiring waktu.
Secara keseluruhan, menganalisis
program baru yang diusulkan dan program-program yang sedang berjalan membantu
organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasi kelemahan, memperbaiki
pengendalian yang ada, mengembangkan program pengendalian baru, mengoptimalkan
sumber daya, dan melakukan pemantauan yang berkelanjutan. Dengan demikian,
analisis ini berperan penting dalam mengatasi masalah pengendalian dan
meningkatkan kinerja organisasi.

